Ketua Umum PPP Suryadharma Ali
Ketua Umum PPP Suryadharma Ali mengungkapkan, elektabilitas PPP disebutkan selalu rendah. Ditambah kabar bahwa partai berbasis agama sudah tidak mendapat tempat lagi di pemilih yang berdampak lenyapnya partai berbasis agama.
"Tapi apa yang terjadi, PPP memperoleh suara melebihi yang disampaikan oleh lembaga-lembaga survei. Dari pengalaman ini, bisa dikatakan bahwa itu tidak bisa dijadikan patokan perolehan suara dari parpol-parpol, karena perhatian masyarakat berubah, respon juga berubah. Minat masyarakat untuk memilih juga sangat leluasa untuk berubah," jelas Suryadharma usai buka puasa bersama di kediamannya, komplek Widya Chandra Jakarta, Selasa (16/7).
Menurut Suryadharma, partainya sudah berkali-kali mengalami masa yang tidak baik dalam pemilu. Meski memperoleh banyak tekanan, namun perolehan suara partai berlambang Kabah itu masih bisa dibanggakan.
"Kita hampir mendapat 100 kursi di zaman orba, dan revolusi PPP dihinggapi oleh euforia kebebasan. Pada saat itu, PPP diperkirakan akan mati, tapi apa yang terjadi, PPP alhamdulillah masih mendapat suara yang baik, 58 kursi. Itu bukti bahwa dalam kondisi ini kita akan survive. Survei hari ini tidak menentukan perolehan suara 2014," jelas Menteri Agama itu.
Partai Persatuan Pembangunan mengaku tidak terpengaruh dengan hasil penelitian lembaga survei yang selalu menunjukkan elektabilitas partai itu rendah.
"PPP sejak dahulu tidak terlalu begitu peduli dengan pooling survei lembaga manapun. Itu menjadi masukan," ujar Wakil Ketum PPP Lukman Hakim Saefuddin usai acara buka puasa bersama di kediaman Menteri Agama Suryadharma Ali, komplek Widya Chandra Jakarta, Selasa (16/7).
Menurut Lukman, menjelang Pemilu 2014, partainya tetap bergerak ke bawah apalagi setelah melakukan pembekalan terhadap caleg. Hal ini untuk menghidupkan mesin partai dapat berjalan.
Dia menjelaskan, saat ini problem utama lembaga survei di Indonesia pada metode dan tujuan yang tidak transparan. Padahal, metode dan tujuan penting juga dipublikasikan untuk mengetahui seberapa kredibel dan akurat hasil riset yang dipaparkan ke publik.
"Problem utama lembaga survei tidak pernah terbuka siapa penyandang dananya. Sehingga kita tidak tahu survei itu untuk apa. Di negara lain lembaga survei dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki reputasi, sementara di tempat kita tidak jelas siapa mereka. Metodologinya tidak jelas," beber Lukman.
Wakil Ketua MPR itu memastikan, lambat laun masyarakat akan bisa membedakan lembaga-lembaga survei yang kredibel maupun tidak. Lembaga survei yang tidak memiliki kredibilitas dan kepercayaan dengan sendirinya ditinggalkan masyarakat.
"Lembaga survei yang tidak akuntabel akan kehilangan kepercayaan masyarakat. Buat PPP tidak akan terlalu berpengaruh karena masyarakat semakin terdidik. Masyarakat sangat dinamis," tegas Lukman.[zul]
[zul]
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !