Headlines News :
resize
STOP Corruption, mulai dari kita. Sekarang !!Dewan Pelaksanan Cabang Clean Governance Lamongan. Against Corruption
Home » » PPP Dan PKB ‘Perang’ Ngerebutin Massa NU

PPP Dan PKB ‘Perang’ Ngerebutin Massa NU

Written By Unknown on Tuesday, March 5, 2013 | 8:56 PM






Jelang pemilu 2014, PPP dan PKB berebut suara warga Nahdlatul Ulama (NU). Kedua parpol itu mengklaim punya kedekatan historis dengan NU. Suara kaum Nahdliyin bisa terpecah pada Pemilu 2014.

Pengamat Politik Universitas Indonesia Arbi Sanit menilai, kiai dan warga NU terutama yang berada di pondok pesantren, masih memiliki daya tarik yang besar untuk Pemilu 2014.

Menurut dia, parpol berbasis Islam seperti PPP dan PKB, akan bermanuver untuk mendekati kiai yang memiliki pengaruh besar terhadap warga NU.

Arbi menyatakan, tingginya persyaratan ambang batas parlemen (parliamentary treshold) sebesar 3,5 persen, membuat parpol dengan basis warga eksklusif seperti PPP dan PKB bersaing memperebutkan warga tradisional dari kalangan NU dan Muhammadiyah.

“Peluang PKB lebih besar ketimbang PPP meraih suara Nahdliyin karena dukungan kiai NU ke mereka besar. PPP pemikirannya ekstrim dan terlalu mengharapkan dukungan luas dari Islam. Nah NU nggak suka yang ekstrim begini,” ujarnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Arbi memproyeksi, meski warga NU identik dengan PKB dan PPP, namun peluang parpol nasionalis dan sekuler untuk  mencuri sedikit suara dari kaum Nahdliyin cukup terbuka.

“Tidak tertutup kemungkinan warga NU akan merapat ke partai lain. Jika jumlahnya besar, itu bisa membuat suara partai berbasis warga NU bisa goyah,” ingatnya.

Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Saiful Umam mengatakan, warga NU memiliki figur tokoh yang berlimpah. Berkaca pada beberapa pemilihan kepala daerah, katanya, suara warga NU tidak lagi cenderung ke PPP dan PKB. Tetapi mulai meluas ke parpol dengan ideologi nasionalis seperti Golkar dan Demokrat.

“Sekarang sulit menentukan partai mana yang dipilih warga NU, semua tergantung kinerja parpol,” ujarnya.

Umam mengakui, untuk meraup suara besar warga NU, parpol harus menjalin hubungan baik dengan kiai dan pemilik pondok pesantren. Disamping itu, parpol juga harus bisa merangkul tokoh pimpinan pusat ormas NU untuk berperan sebagai jangkar dalam mengikat warga Nahdliyin.

Tokoh senior NU Solahuddin Wahid menilai, upaya sejumlah parpol yang mendekati ulama, kiai, dan pimpinan pesantren merupakan fenomena yang wajar.

Menurut Gus Solah, sapaannya, hal seperti ini sudah terjadi sejak dulu. Tidak masalah parpol ramai-ramai menarik simpati warga NU, asalkan tidak mengklaim partainya sebagai partai warga NU.

“Parpol mendekati warga NU monggo. Mau minta dukungan, ya monggo. Mau kasih sumbangan, ya monggo,” ujarnya.

Ketua DPP PPP Syaifullah Tamliha mengatakan, berdasarkan lokasi dan karakteristiknya, mayoritas pengikut NU terdapat di pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Sumatra. Pada perkembangan terakhir terlihat bahwa pengikut NU mempunyai profesi beragam, meskipun sebagian besar di antara mereka adalah rakyat biasa baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Kata dia, warga NU memiliki rasa keterkaitan yang tinggi satu sama lainnya.

Hal itu terjadi karena secara sosial ekonomi mereka memiliki tingkat kesejahteraan yang sama. Selain itu juga sama-sama sangat menjiwai ajaran Ahlusunnah Waljamaah.

“Pada umumnya mereka memiliki ikatan cukup kuat dengan dunia pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat dan cagar budaya NU,” katanya.

Menurut Syaifullah, pemilu mendatang basis warga NU cenderung mengalami pergeseran. Sejalan dengan pembangunan dan perkembangan industrialisasi, warga NU di desa banyak yang bermigrasi ke kota memasuki sektor industri.

“Kalau dulu basis NU lebih kuat di sektor petani di pedesaan, maka saat ini di sektor buruh di perkotaan, juga cukup dominan,” katanya.

Demikian juga dengan terbukanya sistem pendidikan, lanjutnya, basis intelektual dalam NU juga semakin meluas, sejalan dengan cepatnya mobilitas sosial yang terjadi selama ini. “Waktu boleh saja berubah, tapi PPP tetaplah rumah bagi Nahdliyin. PPP konsisten memperjuangkan aspirasi Nadhliyin dan NU untuk 2014,” pungkasnya.

PPP Siap Tarung Lawan Kubu PKB

Hasrul Azwar, Wakil Ketua Umum PPP
Wakil Ketua Umum PPP Hasrul Azwar tidak gentar dengan sesumbar PKB mendulang suara besar Nahdliyin pada Pemilu 2014. PPP siap ‘perang’ dengan PKB merebut dukungan ‘kaum sarungan’.

Hasrul menilai, partainya dan NU lebih memiliki kesamaan ketimbang PKB. Partainya, kata dia,  dengan NU sama-sama memperjuangkan Islam moderat, visi keindonesiaan, dan prinsip Ahlusunah Waljamaah.

“Fakta sejarah menunjukkan NU-lah yang melahirkan PPP. NU dan PPP merupakan dua entitas yang satu visi,misi dan tujuan,” klaimnya.

Hasrul mengatakan, perjuangan PPP dan organisasi NU juga tidak berbeda. Yang membedakan hanya PPP berbentuk partai, sedangkan NU sebagai organisasi kemasyarakatan. Karenanya, secara moral NU berkewajiban membesarkan PPP.

“PPP rumah besar umat Muslim, maka kita ingin seluruh ormas islam termasuk NU kembali ke rumahnya, yaitu PPP,” ajak Hasrul.

Anak buah Suryadharma Ali ini optimistis, PPP meraup minimal 15 persen atau sekitar 12 juta suara pada pemilu mendatang. Lumbung suara yang diraih PPP itu, yakin dia, akan berasal dari kantung massa warga Nahdliyin di seluruh Indonesia.

“Kami siap bertarung dengan PKB. Masak takut. Perolehan suara kami selama ini kan secara persentase lebih besar ketimbang PKB,” cetusnya.

Kiai Besar Banyak Dukung Kami Lho...

Ida Fauziyah, Politisi PKB & Ketua Komisi VIII DPR

Anggota DPR Fraksi PKB Ida Fauziah mengklaim, kiai besar Nahdlatul Ulama (NU) seperti Ma’ruf Amin dan Said Aqil Siroj telah mendorong dan mengarahkan pengurus-pengurus serta warga Nahdliyin mendukung PKB pada Pemilu 2014.

Lantaran didukung kiai besar, Ida optimistis kalangan Nahdliyin akan berbondong-bondong memberikan suara kepada PKB saat pemilihan umum tahun depan.

Ketua Komisi VIII iDPR ni bilang, memang sudah sepantasnya warga NU mendukung dan memilih PKB saat pesta demokrasi. Sebab, aqidah atau ideologi PKB sama persis dengan NU. Disamping itu, PKB merupakan satu-satunya partai politik yang secara resmi dilahirkan oleh NU, organisasi resmi kaum Nahdliyin.

“Jadi seluruh warga, tokoh dan ulama NU wajib membesarkan PKB. Tugas NU menggendong PKB supaya perjuangan politik warga NU sesuai cita-cita,” ujarnya.

Bekas Wakil Ketua Badan Legislasi DPR menceritakan, PKB dan NU juga memiliki keterkaitan erat. PKB yang didirikan pada 23 Juli 1998, bertepatan dengan 29 Robiul Awal 1419 Hijriyah dideklarasikan oleh ulama besar dan aktivis NU.

Ida berjanji, menjelang pemilu, PKB akan lebih meningkatkan intensitas silaturahim dengan organisasi, warga, tokoh NU. PKB akan melakukan konsolidasi terjadwal dengan para kiai dan pondok pesantren.

“Komunikasi kami dengan para kiai dan warga NU semakin baik. Jadi kita harap warga NU benar-benar kompak mendukung PKB,” ujarnya.

Ida berharap, pengurus PKB di seluruh tingkatan menjalankan amanat Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar yang menginginkan kader PKB memperjuangkan aspirasi warga Nahdliyin secara konsisten. Kader PKB tidak diperbolehkan mengabaikan aspirasi warga Nadhliyin.

“Kami ingin mengembalikan kejayaan partai dengan selalu melibatkan warga NU. Kami harap dengan dukungan mereka, perolehan suara PKB di pemilu mendatang bisa 12 persen,” pungkasnya.
Share this article :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

gif animator

Jangan Lewatkan

Popular Posts

Followers

 
Support : Creating Website | SMI Template | Suara Lamongan Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. suara lamongan - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Sentra Media Informatika