Yogyakarta - Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengatakan sudah saatnya bagi para negarawan untuk turun gelanggang memperbaiki Indonesia agar tidak lagi mengalami berbagai ancaman dari dalam.

"Masalah yang kini mengancam Indonesia bukan dari luar, tetapi justru dari dalam karena adanya persoalan manajemen pemerintahan dalam menegakkan hukum dan aturan," kata Mahfud MD dalam Dialog Kebangsaan dalam rangkaian Peringatan Hari Lahir ke-87 Nahdlatul Ulama di Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, permasalahan yang kini membelit Indonesia tersebut sudah sangat rumit sehingga sudah sangat sulit bagi pemerintah sekarang untuk mengurainya, karenanya dibutuhkan negarawan untuk membenahinya.

"Masih banyak negarawan yang memiliki semangat untuk memperbaiki Indonesia. Sayangnya, negarawan-negarawan seperti ini berada di pinggir, seperti BJ Habibie," katanya.

Ia mengatakan, permasalahan yang dihadapi Indonesia berawal dari lemahnya implementasi nilai-nilai Pancasila akibat adanya anarkisme sekelompok kecil masyarakat yang mengambil alih peran keamanan, sedangkan aparat resmi hanya diam.

Mahfud menambahkan, Indonesia terancam empat jenis penyakit, yaitu disorientasi penyelenggaraan negara, tidak adanya kepercayaan dari masyarakat yang menimbulkan pembangkangan dan apabila hal tersebut terus berlangsung bisa berpotensi menciptakan disintegrasi bangsa.

"Karenanya, untuk para politisi, lebih baik menunggu dulu," lanjutnya.

Sementara itu, Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Joko Santoso mengatakan, bangsa Indonesia adalah bangsa yang terancam dari dalam atau luar.

Ancaman dari luar disebabkan letak geografis Indonesia sangat strategis sehingga menarik bagi berbagai negara yang berada di sekitar.

"Indonesia yang sangat luas bisa diibaratkan sebagai kipas yang terbuka. Banyak jalan masuk, padahal kekuatan militer baru dipusatkan di Pulau Jawa belum ke perbatasan terluar," katanya.

Sedangkan ancaman dari dalam, lanjut dia, disebabkan banyaknya suku bangsa yang dimiliki Indonesia sehingga memiliki derajat konflik yang pekat.

"Kunci kekuatan ekonomi sebenarnya terletak pada kondisi ekonomi. Jika ekonominya kuat, maka pembangunan angkatan bersenjata juga akan kuat," katanya.

Selain itu, lanjut Joko, juga diperlukan kualitas sumber daya manusia yang intelek dan memiliki kesadaran kebangsaan serta pemerintah yang bersih dan berwibawa.

Oleh karena itu, Joko merekomendasikan sejumlah cara agar Indonesia bisa bangkit dan tidak manjadi bangsa raksasa yang lumpuh, yaitu membangun pemahaman bersama bahwa Indonesia adalah bangsa yang terancam agar bangsa bersatu dan bangkit.

Ia meyakini, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang besar, terlebih pada 2040 komposisi kependudukan Indonesia 60 persen adalah tenaga kerja produktif yang bisa menggerakkan perekonomian.

"Juga diperlukan pemimpin yang mau berkorban untuk bangsa dan negaranya serta pemerintahan yang bersih," katanya.(*)