SOSIOLOG Universitas Nasional
(Unas), Nia Elvina MSi menyatakan, prahara dialami banyak partai politik
yang terbelit korupsi merupakan dampak tidak terinternalisasi
nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di
Indonesia .
Dalam kacamata sosiolog, nilai-nilai dalam Pancasila itu merupakan
elemen dasar di masyarakat yang menjadi panduan atau acuan masyarakat
untuk bertindak.“Secara teori kita menganut kolektivisme, akan tetapi dalam praktik dan perbuatan yang diterapkan khususnya bagi elit politik adalah memperkuat individualisme dan partikularisme,” ujar dia, Jumat (15/2).
Secara teoritis, katanya, membela demokrasi sosial, tetapi dalam realitasnya justru menerapkan semangat demokrasi liberal, kata Nia yang juga anggota Kelompok Peneliti Studi Perdesaan Universitas Indonesia (UI) itu.
Ia menegaskan parpol hakikatnya alat untuk menyusun pendapat umum secara teratur agar rakyat belajar merasakan tanggungjawabnya sebagai pemangku negara dan anggota masyarakat.
Namun, parpol sekarang dijadikan tujuan dan negara sebagai alatnya. Padahal itu suatu tindakan yang immoral dan bertentangan dengan Pancasila. “Saya kira parpol sekarang dominan mengasuh para kadernya untuk melunturkan karakter,” ujar Sekretaris Program Ilmu Sosiologi Unas itu pula.
Dalam kondisi tersebut, menurut dia, orang masuk parpol bukan karena keyakinan, akan tetapi karena ingin memperoleh jaminan.
Realitas ini, kata dia, tidak
heran membuat para pemimpin atau pejuang idealis menjadi tertunda
kebelakang, dan manusia dan para pemimpin yang hanya mencari untung dan
menjadi pragmatis maju ke depan.
“Jadi, masyarakat Indonesia harus
insyaf akan hal ini. Supaya jangan mengirim lagi wakil-wakil di
parlemen yang tidak bisa mewujudkan cita-cita bangsa dan melupakan
nilai-nilai Pancasila dalam tindakan politik dan moralitasnya,” pungkas
Nia. Ant
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !