Seniman Gelar Ziarah Budaya Mengenang Gus Dur
Jumat, 28 September 2012 | 17:37
Gus Dur memiliki banyak label, bukan sekedar kiai, ulama namun juga politisi, negarawan, tokoh pluralis dan pembela kaum marjinal, budayawan bahkan wali Allah.
Sebagai budayawan Gus Dur pernah aktif di Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Gus Dur pecinta kesenian. Tak ada kesenian yang tak disantapnya. Dari musik, film, seni rupa semua sudah tandas.
Gus Dur pernah bilang kesenian adalah cara menajamkan rasa dan kebijaksanaan. Kesenian itu pula yang menjadi landasannya dalam memimpin Nahdlatul Ulama dan memimpin Indonesia.
Dalam peringatan 1000 hari wafatnya Gus Dur yang jatuh pada 27 September 2012 kemarin, sejumlah seniman, budayawan akan tampil dalam "Ziarah Budaya" di Taman Ismail Marzuki Cikini Jakarta, Jum'at (28/9/2012).
Inayah Wahid, putri bungsu Gus Dur yang juga panitia peringatan 1.000 hari Gus Dur mengatakan dalam acara ini akan tampil sejumlah kesenian yaitu Barongsai, Paduan suara GKI Yasmin, Marawis dan Gamelan. Selain itu ada Stand up comedy yang akan dibawakan Arswendo Atmowiloto, Jaya Suprana, Mohamad Sobary dan pembacaan puisi oleh seniman asal Madura, Zawawi Imron. Tukang cerita monolog asal Aceh, Agus PMTOH juga ikut memeriahkan acara ini.
Untuk seni musik akan diisi Kidung Sufi Candra Malik dan musisi pop Glenn Fredly.Inayah mengatakan pagelaran Ziarah Budaya ini memilih TIM karena jejak Gus Dur pernah ada di sini cukup lama saat aktif di Dewan Kesenian Jakarta. Gus Dur muda beberapa kali tampil dalam pelbagai acara di TIM.
Sebelum pagelaran seni dimulai, acara akan didahului oleh doa lintas iman untuk Gus Dur. Doa ini akan dipimpin pemuka-pemuka agama di Indonesia.
Ziarah Budaya ini menurut Inayah menampilkan kesenian lintas suku dan agama. Hal ini sesuai dengan keteladanan Gus Dur yang notabene berasal dari keluarga Islam dan pemimpin ormas Islam terbesar NU, namun Gus Dur tak ragu membela kelompok marginal dan minoritas.
"Kami ingin membawa pesan mengingatkan dan meneladani nilai-nilai Gus Dur yang mencintai manusia. Semangatnya adalah kesetaraan, persamaan dan kebersamaan," ujar Nay, panggilan akrab Inayah dalam rilisnya di Jakarta (Jum'at, 28/09/2012).
Sebelumnya, peringatan 1000 hari wafatnya Gus Dur, sejumlah acara telah digelar. Diskusi dan peluncuran buku "Sang Zahid - Mengarungi Sufisme Gus Dur" karya KH. Husein Muhammad pada Selasa (25/09/2012). Juga pentas wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono, pada Rabu 26/9/2012 di Kediaman Gus Dur, Ciganjur, khataman Al Qur'an.
Dan kemarin malam (Kamis, 27/09/2012) telah digelar dan tahlilan dan shalawatan yang dipimpin Habib Syekh bin Abdul Qodir Assegaf dari Solo dan pengisi tausiah KH. Mustofa Bisri (Rembang), KH. Quraish Shihab (Jakarta)
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !