Medan, Pengurus
Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menilai, politik
Indonesia semakin tidak sehat dan mengarah pada politik adu domba.
Kekerasan politik terjadi dimana mana, baik di level nasional maupun
daerah.
“Saling sikut, saling sudut, saling singkirkan dan saling membuka borok internal dan eksternal kini mewarnai dunia politik kita. Masing-masing kepemimpinan sudah semakin tak terpimpin. Rakyat seakan benda mati yang tak punya hati dan perasaan,” ujar Sekretaris Jenderal PB PMII A Jabidi Ritonga di Medan, Ahad (3/3).
Sangat ironis dan disayangkan, kata Jabidi, Indonesia seakan kehilangan arah perjuangan, tak memiliki tujuan perubahan, bahkan persis negara ini krisis kejujuran dan ketauladanan.
“Melihat dinamika politik, ekonomi, hukum yang berkembang, PMII tetap pada garis perjuangannya, bahwa perubahan harus terus kita perjuangakan, tak bisa kita berpangkutangan menunggu orang lain untuk mengubahnya, harus dari kita dan itu sekarang,” tegas Jabidi.
Dia berharap kepada elemen gerakan, para tokoh mahasiswa pro perubahan dan khususnya Pengurus Koordinator Cabang (PKC), Pengurus Cabang (PC) PMII dan kader PMII se-Indonesia agar tetap berdiri merdeka dan independent.
“Dinamika politik ini harus dicermati secara cerdas dan bijak, jangan latah sehingga menjadi kuda tunggangan, menjadi alat kekuasaan. Sebab, ada sekelompok orang yang ingin menjadi pahlawan penegakan hukum, sedangkan yang bersangkutan adalah koruptor. Dulu diam, sekarang bersuara seakan seakan terzalimi. Harus bisa dibedakan fakta hukum dengan fakta politik, jangan menjadi alat kemarahan,” ujarnya mengingatkan.
Sebaiknya, tambah mantan Ketua Umum PKC PMII Sumut ini, elemen gerakan menggunakan baju dan bendera masing masing untuk bersatu menuntut perubahan. Sebab elemen gerakan kini kehilangan soliditas dan kebersamaan gerakan.
“Penegakan supremasi hukum adalah salah satu kata kunci, tidak hanya kasus Hambalang, Century, PT Lapindo, kejahatan reformasi 98 dan banyak hal yang seakan tak ada niat untuk dituntaskan. Yang wajib diingat, kita tak harus terjebak dukung mendukung penjahat di negeri ini,” tandas Jabidi Ritonga.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Hamdani Nasution
“Saling sikut, saling sudut, saling singkirkan dan saling membuka borok internal dan eksternal kini mewarnai dunia politik kita. Masing-masing kepemimpinan sudah semakin tak terpimpin. Rakyat seakan benda mati yang tak punya hati dan perasaan,” ujar Sekretaris Jenderal PB PMII A Jabidi Ritonga di Medan, Ahad (3/3).
Sangat ironis dan disayangkan, kata Jabidi, Indonesia seakan kehilangan arah perjuangan, tak memiliki tujuan perubahan, bahkan persis negara ini krisis kejujuran dan ketauladanan.
“Melihat dinamika politik, ekonomi, hukum yang berkembang, PMII tetap pada garis perjuangannya, bahwa perubahan harus terus kita perjuangakan, tak bisa kita berpangkutangan menunggu orang lain untuk mengubahnya, harus dari kita dan itu sekarang,” tegas Jabidi.
Dia berharap kepada elemen gerakan, para tokoh mahasiswa pro perubahan dan khususnya Pengurus Koordinator Cabang (PKC), Pengurus Cabang (PC) PMII dan kader PMII se-Indonesia agar tetap berdiri merdeka dan independent.
“Dinamika politik ini harus dicermati secara cerdas dan bijak, jangan latah sehingga menjadi kuda tunggangan, menjadi alat kekuasaan. Sebab, ada sekelompok orang yang ingin menjadi pahlawan penegakan hukum, sedangkan yang bersangkutan adalah koruptor. Dulu diam, sekarang bersuara seakan seakan terzalimi. Harus bisa dibedakan fakta hukum dengan fakta politik, jangan menjadi alat kemarahan,” ujarnya mengingatkan.
Sebaiknya, tambah mantan Ketua Umum PKC PMII Sumut ini, elemen gerakan menggunakan baju dan bendera masing masing untuk bersatu menuntut perubahan. Sebab elemen gerakan kini kehilangan soliditas dan kebersamaan gerakan.
“Penegakan supremasi hukum adalah salah satu kata kunci, tidak hanya kasus Hambalang, Century, PT Lapindo, kejahatan reformasi 98 dan banyak hal yang seakan tak ada niat untuk dituntaskan. Yang wajib diingat, kita tak harus terjebak dukung mendukung penjahat di negeri ini,” tandas Jabidi Ritonga.
Redaktur : A. Khoirul Anam
Kontributor: Hamdani Nasution
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !