Said Agil : Pelaku Gratifikasi Seks Harus Dihukum Berat

 

  JAKARTA – Tertangkapnya Ahmad Fathanah bersama seorang mahasiswi bernama Maharani dalam operasi tangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memunculkan dugaan terjadinya gratifikasi seks.


Menanggapi hal itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj, mengatakan hal yang seperti ini harus dihukum secara berat.

“Itu harus dihukum berat nggak usah pandang bulu,” kata Said, saat ditemui Okezone di Markas PBNU, Jalan Kramat, Jakarta Pusat, Jumat (1/2/2013).

Namun, Said sendiri belum tahu secara pasti, apakah kehadiran Maharani ini bisa disebut gratifikasi seks. Menurutnya, perlu kepastian tentang keberadaan Maharani di tengah kasus suap daging impor yang melibatkan mantan Presiden PKS, Lutfhi Hasan Ishaaq.

“Waduh, tapi untuk yang satu itu (Maharani) saya enggak tahu ya,” ujarnya.

Nama Maharani sendiri mencuat saat KPK menangkap dirinya ketika bersama dengan Ahmad Fathanah, penerima suap PT Indoguna Utama, di Hotel Le Meridien. Belum diketahui keterkaitan Maharani dengan kasus ini.

KPK memang sudah mengincar Ahmad, dia disebut-sebut sebagai kuris suap yang menerima uang dari PT Indoguna Utama untuk memuluskan pemasokan daging impor. Saat ditangkap, di mobil Ahmad diamankan uang Rp1 miliar yang dibungkus plastik dan akan diberikan kepada mantan Presiden PKS, Luthfi Hasan Ishaaq.

Sementara, dua direksi PT Indoguna Utama yang menyerahkan uang, Juard Effendi dan Aria Abdi ditangkap lebih dulu oleh KPK.

Oleh KPK, Luthfi dan Ahmad telah dijerat dengan pasal 12 a atau b atau pasal 5 ayat 2 atau pasal 11 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sedangkan Juard dan Aria disangka dengan pasal 5 ayat (1) atau pasal 13 UU Pemberantasan Korupsi.

(cns)