Jika Pemilu
diadakan sekarang maka Golkar akan mendapat 21,3%; PDIP 18,2%; Demokrat
8,3%; Gerindra 7,2%; PKB 5,6%; Nasdem 5,2%; PPP 4,1%; PKS 2,7%; PAN
1,5%, Hanura 1,4%, Partai Lain 3,1%. Hal ini disampaikan Direktur Riset SMRC, Djayadi Hanan, dalam Rilis Survei SMRC bertajuk
Kinerja
Pemerintah dan Dukungan Pada Partai; Trend Anomali Politik 2012-2013,
Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Minggu (03.02.13).
Survei
dilaksanakan pada 6-20 Desember 2012. Sampel 1.220 jiwa, usia 17 tahun
ke atas atau sudah menikah, dengan komposisi 50% laki-laki, 50%
perempuan, dengan tingkat kepercayaan 95% dan margin of error sekitar
3%.
Anomali terjadi karena faktor non-ekonomi,
bukan faktor ekonomi, yakni korupsi. Kondisi ekonomi dinilai lebih baik
oleh masyarakat (37%/tertinggi), kepuasan terhadap Presiden SBY sangat
tinggi (51,6%/tertinggi), tapi karena Demokrat dianggap paling banyak
korupsi (44,6%/tertinggi), maka dukungan publik terhadap partai tersebut
terus menurun.
Meskipun menurut data, Demokrat
bukanlah partai yang tertinggi dalam hal korupsi, namun sebagai partai
penguasa, maka oleh publik ia dipersepsikan sebagai partai terkorup.
Diluar perolehan partai-partai tersebut, angka mereka yang menjawab Belum Tahu melebihi perolehan Golkar, yakni 21,4%.
Menanggapi
hasil survei tersebut, anggota Dewan Pertimbangan Partai Demokrat,
Ahmad Mubarok mengatakan bahwa ia tetap optimis dukungan terhadap
Demokrat tetap kuat, karena penilaian bangsa asing terhadap demokrasi
dan pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Indonesia saat ini.
Menyanggah
Ahmad Mubarok, J. Kristiadi mengingatkan agar jangan pernah percaya
dengan pujian bangsa asing tentang demokrasi dan pertumbuhan ekonomi
kita. Karena itu berkaitan dengan national interest mereka. Kepentingan asing, bagi peneliti CSIS ini, cuma ingin jadikan Indonesia sebagai pasar.
Statistik pembangunan Indonesia seperti bikini. Semua dibuka tapi bagian vital justru disembunyikan. “Kita tumbuh 6% dengan gap
kaya-miskin yang sangat tinggi, pencari kerja yang jumlahnya luar
biasa, bahkan rela bekerja sebagai TKI,” paparnya. Ekonomi tumbuh tapi
tidak dinikmati oleh publik, jumlah pengangguran masih tinggi.
Demokrasi
Indonesia pun adalah demokrasi prosedural. Karena itu, ia mengingatkan
agar jangan pernah percaya pada pujian orang asing.
Meski
terkesan optimis, namun Demokrat belum berani untuk mengusung Capres.
Mubarok mengatakan bahwa sampai hari ini Demokrat belum bicara soal
Capres. Karena semakin cepat seseorang mendeklarasikan diri sebagai
Capres, semakin kecil peluangnya. “Terbukti pada Soeharto, Gus Dur dan
SBY. Presiden-presiden ini terpilih karena munculnya dadakan. 2004-2009
itu adalah kejutan, maka 2014 juga akan terjadi kejutan.”
Hasil survei lengkap bisa diunduh di sini
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !